Baterai Ioniq 5
PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) memastikan kehadiran pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) berkolaborasi dengan LG akan memproduksi baterai bahan baku nikel secara lokal dan mengerek Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mobil listrik Ioniq 5.
Melansir situs Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perindustrian, Hyundai Ioniq 5 memiliki nilai TKDN sebesar 40,00 persen. Alhasil mobil listrik ini memenuhi syarat insentif PPN dari 11 persen menjadi hanya 1 persen.
Sekedar informasi, pemerintah juga sudah mengerek bobot baterai dari komposisi TKDN menjadi 40 persen melalui Permenperin No. 28/2023. Hal ini berarti TKDN Hyundai Ioniq 5 berpotensi menembus lebih dari 60 persen bila menggunakan baterai yang diproduksi secara lokal.
>>> Pengen beli mobil Hyundai baru atau bekas? Dapatkan pilihannya di sini
TKDN di atas 60%
Chief Operating Officer PT HMID Fransiscus Soerjopranoto mengatakan nilai TKDN dari mobil listrik itu sejatinya akan melalui berbagai pemeriksaan, hal itu dilakukan supaya bisa mendapatkan insentif dari pemerintah.
Pabrik batery Hyundai dan LG berada di kawasan Karawang
"Kalau tambah komponen baterai yang bobotnya paling besar, itu sudah dapat dipastikan bahwa pabrik baterai berada di Indonesia, pasti (nilai TKDNnya0 di atas 60 persen," kata Fransiscus.
Di sisi lain, Hyundai juga masih menunggu peraturan dan regulasi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait dengan besaran insentif untuk mobil listrik, termasuk pembebasan bea masuk impor secara utuh (completely built up/CBU).
>>> Update Software ICCU Tersedia Gratis di Cabang Hyundai GOWA
Program Pemerintah
Pemerintah juga dinilai cukup adil dalam mengeluarkan kebijakan dari mobil listrik, lantaran unit yang diimpor secara utuh tidak akan mendapatkan diskon PPN. Hanya mobil yang memenuhi syarat TKDN bisa mendapatkan insentif PPN menjadi 1 persen tersebut.
Pabrik ini akan memproduksi baterai jenis Nickel Manganese Cobalt Oxide
Hyundai Motor Co. merogoh kocek hingga US$3 miliar untuk membangun fasilitas baterai secara lokal bersama dengan LG Energy Solutions. Nilai investasi yang digelontorkan oleh Hyundai untuk pabrik baterai berkisar US$1,1 miliar. Selanjutnya, masih ada investasi US$60 juta atau setara Rp929,22 miliar dalam rangka pembangunan Hyundai Energy Indonesia (HEI) untuk manufaktur sistem baterai.
Pabrik yang akan memproduksi baterai jenis Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) ini akan beroperasi pada Juli 2024. Mobil listrik Hyundai juga akan mulai ditanamkan baterai ini pada akhir tahun 2024.
>>> Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong Memiliki 2 Mobil Andalan, Palisade dan Staria