Tes Wuling Air EV Dan Skeptisme Mobil Listrik Di Indonesia

17/07/2023

Pengemudian

5 menit

Share this post:
Tes Wuling Air EV Dan Skeptisme Mobil Listrik Di Indonesia
Apakah benar kehadiran mobil listrik benar-benar solusi pas bagi langit biru dan bebas bahan bahar fosil? Mari mencari tahu jawabannya sambil menguji-coba Wuling Air EV

Silakan sebut saya old school karena saya termasuk dari segelintir orang berkecimpung di media otomotif yang skeptis dengan skema elektrifikasi untuk Indonesia. Skeptis akan produk, skeptis akan seberapa luas penetrasi pasar mobil listrik, skeptis terhadap kesiapan infrastruktur dan terakhir skeptis terhadap kesiapan konsumen Indonesia dalam memiliki kendaraan listrik. 

Dalam era pemerintahan saat ini, mobil listrik seperti mendapatkan angin surga. Pelbagai cara diupayakan agar masyarakat beralih ke mobil listrik. Program subsidi harga, keringanan segala macam pajak dan bebas aturan ganjil-genap menjadi daya tarik pendorong orang membeli mobil listrik. Namun, proporsi penjualan EV masih sangat kecil. Data GAIKINDO menunjukkan sebanyak 1.800 unit BEV terjual sepanjang kuartal I 2023, alias hanya 0,66 persen dari total penjualan mobil di angka 271 ribu unit. 

Wuling Air ev
Wuling Air EV, mobil listrik murah paling happening saat ini di Indonesia

>>> Dapatkan pilihan mobil Wuling baru dan bekas terbaik hanya di sini

Keraguan Terhadap Mobil Listrik

Apa yang salah? Jika ditelaah lebih lanjut ada tiga hal menjadi penentu akan laku atau tidaknya sebuah mobil entah EV atau pun tidak. Pertama adalah daya beli konsumen, kedua infrastruktur dan ketiga pola penggunaan mobil. Saat ini harga mobil EV termurah adalah Wuling Air EV di angka Rp 200 jutaan. Secara harga memang masuk ke dalam rentang anggran pembeli mobil di Indonesia, tetapi konsep produk berupa city car nan mungil membuat mobil menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan mayoritas konsumen yang butuh MPV / SUV mampu mengangkut seluruh keluarga. Ingin model lebih besar? Rasanya EV termurah setelah Air EV adalah MG4 EV di angka Rp 600 jutaan. Bagaimana Hyundai Ioniq 5? Ini harus merogoh kocek 1 miliar rupiah. Jelas jauh panggang dari api. 

Hasil ngobrol sana-sini tentang profil konsumen Wuling Air EV pun merujuk pada sebuah kesimpulan awal. Bahwa pembeli mobil adalah golongan pembeli mobil segmen-C (Rp 500 juta ke atas) dengan penghasilan di atas Rp 50 juta sebulan, serta menjadikan Air EV sebagai mobil ketiga atau keempat. Dan konon katanya, motivasi pembelian Air EV adalah agar bebas ganjil genap atau karena mobilnya lucu dan menggemaskan. 

Wuling Air ev di jalanan
Konon, dua alasan utama pembelian Wuling Air EV adalah bebas ganjil-genap dan mobilnya lucu

Pun demikian dengan infrastruktur. Berapa banyak SPKLU tersedia di area sekitar kita? Dan berapa waktu dibutuhkan untuk mengisi ulang baterai? Dengan jumlah populasi mobil listrik masih sedikit, saat ini mungkin SPKLU ada cukup untuk memenuhi permintaan. Tetapi, apakah Anda bisa membayangkan jika ada antrean masuk SKLU sementara satu mobil butuh 30 menit untuk isi baterai? SPBU yang waktu pengisiannya tidak sampai 5 menit bisa bikin macet kalau sedang ramai, apalagi SPKLU? 

Saat kunjungan Wuling Indonesia ke kantor redaksi beberapa waktu silam, saya mengajukan pertanyaan terkait perilaku pengguna pemilik Wuling Air EV. Mulai dari pola penggunaan, berapa jarak tempuh seminggu, pola pengisian baterai dan lain-lain. Sebuah pertanyaan dijawab dengan kalimat, “Mas, daripada bertanya lebih baik coba saja sendiri.” 

interior Wuling Air ev
Uji coba Wuling Air EV untuk menjawab pertanyaan seputar mobil listrik

>>> Intip Desain Futuristik Mobil Listrik Wuling EV Hasil Produksi Indonesia

Skeptis #1 Operasional Wuling Air EV 

Saya tidak akan membahas terlalu banyak mengenai impresi berkendara Wuling Air EV, lebih kepada bagaimana kepraktisannya dalam penggunaan sehari-hari. Secara teori, Wuling Air EV memiliki daya operasional lebih dari cukup dalam menunjang aktivitas penggunanya sehari-hari. Versi long-range memiliki jarak tempuh 300 km dengan waktu pengisian baterai 4 jam jika menggunakan quick charging 6.6 kW. Bagaimana dengan rumah yang karena satu dan lain hal belum dilengkapi dengan quick charging dan pengisian ulang harus mengandalkan listrik normal 3.500 kWH seperti di rumah saya? 

Jawabannya, sudah pasti mengisi ulangnya akan sangat lama. Pengisian ulang baterai selama 7 jam hanya mengisi baterai sebanyak 30 persen. Artinya memberikan jarak tempuh tidak sampai 100 km. Untuk menilai apakah jarak segini cukup, atau tidak kita harus kembali kepada konsep Air EV sebagai city car. Konyol dan maksa jika ada yang mempertanyakan apakah cukup dibawa ke Jawa atau, tidak karena memang bukan peruntukannya. Dan untuk dipakai mengantar aktivitas jarak dekat, tentu tidak ada masalah. 

mobil listrik Wuling Air ev
Hanya mendapat 30 persen setelah men-charge 7 jam pada listrik PLN 3.500 kVA

Bagi rumah dengan daya listrik seperti saya, proses isi ulang juga tidak terlalu merepotkan. Cukup charge semalam dan mobil bisa menempuh 100 km, atau setidaknya 2-3 hari dipakai untuk penggunaan jarak dekat. Tidak adanya SPKLU di area sekitar rumah juga bukan kendala prinsip. Jadi skeptisme nomor satu tentang operasional mobil listrik pun terjawab. Bahwa tidak ada masalah dari sisi kepraktisan operasional selama Anda menggunakannya sesuai dengan peruntukan mobil. 
Skeptisme #2 Pemakaian Jangka Panjang 

Bagaimana untuk pemakaian jangka panjang? Hal paling horor dari kepemilikan mobil listrik adalah mahalnya harga baterai yang bisa mencapai sepertiga harga mobil. Wuling memberikan garansi baterai 8 tahun untuk menjamin rasa aman konsumen. Untuk perawatan, baterai terdiri atas beberapa modul sehingga tidak perlu mengganti satu unit secara keseluruhan. 

fitur Wuling Air ev
Dengan baterai 20 persen, masih bisa sampai kota Bogor

Bagi tipe konsumen yang memiliki kebiasaan mengganti mobil setiap 3-4 tahun, tentu tidak ada masalah. Bahwa berapa nanti harga resale value mobil setelah 3 tahun itu masalah berbeda. Tetapi kondisi mobil setidaknya masih bagus, masih dalam masa garansi sehingga banyak orang masih mau membeli mobil bekasnya.

Dan rasanya, hal inilah akan terjadi pada pemilik Wuling Air EV saat ini yang rata-rata berasal dari segmen-C. Sehingga, ketika bicara segmen pasar saat ini apa yang saya takutkan tidak akan menjadi kenyataan. 

>>> Mobil Tesla Naik Harga!

Skeptisme #3 Penetrasi Pasar 

Wuling Indonesia menyebut angka total penjualan Air EV akan segera mencapai 10 ribu unit dalam waktu dekat. Populasi 10 ribu unit terbilang banyak, tetapi ini hanyalah sepersekian persen dari total penjualan mobil baru di Indonesia. Sementara, kunci dari kesuksesan tujuan akhir elektrifikasi berupa langit biru dan bebas ketergantungan bahan bakar fosil hanya bisa dicapai ketika populasi mobil listrik meningkat signfikan menggantikan mobil konvensional. Apa artinya 10 ribu mobil bebas emisi diantara 250 ribu mobil lain mengeluarkan gas buang? 

Inilah mengapa saya lagi-lagi merasa inisiatif program mobil listrik pemerintah bagaikan mimpi siang bolong karena tidak memiliki dasar penetrasi pasar yang baik. Apa gunanya menggelontorkan inisiatif atau subsidi kepada produk yang secara konsep memang pasarnya terbatas? Dan kepada segmen konsumen berkemampuan lebih yang sebetulnya tidak butuh insentif. 

charger Wuling Air ev
Pupus sudah keragukan seputar operasional mobil listrik untuk sehari-hari

Dan mobil listrik itu tidak murah. Untuk mobil berukuran low-medium MPV atau SUV yang menempati ceruk pasar terbesar, hanya tersedia MG 4 EV (Rp 649 jutaan) dan Nissan Leaf (Rp 748 jutaan). Hampir tidak mungkin mobil harga segini bisa terjual belasan apalagi puluhan ribu unit 1 bulan. Apakah mungkin city car seperti Wuling Air EV atau pendatang baru Seres bisa laku belasan ribu sebulan? Rasanya sulit mengingat karakteristik konsumen Indonesia menyukai mobil dengan kabin lega. 

Sebagai produsen mobil, apa dilakukan Wuling jelas tidak salah. Bahkan, kita patut mengapresiasi keberhasilan Wuling memperkenalkan mobil listrik di rentang anggaran segmen mobil massal. Tetapi, jika hanya mengandalkan mobil listrik dengan produk ada saat ini upaya pemerintah dalam memasyaratkan mobil listrik jelas masih jauh dari harapan. Jadi, ibarat pepatah menempatkan telur dalam keranjang berbeda, saya pikir pemerintah perlu menerapkan beberapa peta jalan untuk menuju masa depan hijau dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. 

uji jalan Wuling Air ev
Semoga dalam waktu dekat ada mobil listrik dengan konsep produk sesuai kebutuhan pasar mayoritas konsumen Indonesia

>>> Cintamobil TV: Tes Nanjak Mesin Baru Wuling Confero S 2021

Direktur & Publisher Cintamobil.com yang bergabung sejak 2018. Memiliki pengalaman 20 tahun di industri media otomotif dengan hobi mengoleksi mobil-mobilan balap. Sepanjang karirnya Adit akrab dengan test drive di sirkuit-sirkuit teranama seperti Fiorano, Fuji, Shanghai, hingga Sepang. 
 
back to top