Setelah mengisi pasar otomotif Indonesia selama tiga dekade, perjalanan Isuzu Panther akhirnya harus terhenti. PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) memutuskan untuk tak lagi memproduksi Panther. Isuzu kini mulai mengalihkan fokusnya ke kendaraan komersial seperti D-Max, Traga, Elf, dan Giga. Sementara untuk kendaraan penumpang akan sepenuhnya difokuskan pada mu-X.
Desas-desus penghentian produksi Isuzu Panther, sebenarnya sudah tercium sejak pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup merilis aturan Euro 4 yang tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O, yakni ditandatangani pada Maret 2017.
Panther kalah saing dengan para rivalnya
>>> Mengintip Harga Isuzu Panther Terbaru, MPV Legendaris Bermesin Diesel
Isuzu Panther Terbentur Euro 4
Dalam aturan itu, pabrikan diminta agar membuat mesin yang memenuhi standar Euro 4. Untuk mesin bensin aturan berlaku sejak 2018, sedangkan mesin diesel mulai 2021. Adanya pandemi membuat penerapan standar Euro 4 pada mesin diesel tertunda hingga tahun 2022.
Bagi Isuzu, kehadiran Panther yang masih mengusung mesin diesel akan terbentur dengan aturan Euro 4. Tetapi dengan adanya penundaan, Isuzu Panther disebut masih bisa bernafas setidaknya satu tahun ke depan. Nyatanya, keputusan berbeda diambil Isuzu dengan menghentikan penjualan Panther.
Ubahan Panther dari tahun ke tahun terbilang minim
"Soal Panther selama masih ada nafas dan kesempatan akan kita tetap jual. Dengan mundur satu tahun masih ada nafas. Siapa tahu nggak jadi lagi, berarti Panther masih akan tetap ada," jelas General Manager Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Attias Asril kala itu.
Penerapan standar Euro 4 bukan satu-satunya hal yang membuat penjualan Panther mandek. Minimnya polesan pada pada MPV berjuluk 'Rajanya Diesel' itu pun menjadikannya sulit bersaing dengan para rival-rivalnya.
Maklum, Isuzu menyebut bahwa Panther hanya laris di Indonesia. Hal itulah yang membuat pengembangan sulit dilakukan. Bila Isuzu rela merogoh investasi besar tampaknya juga akan menjadi hal sia-sia karena produknya pun sudah sulit terjual.
Mengutip data distribusi wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), segmen yang diisi Panther cukup gemuk. Dua dekade terakhir, Panther harus bersaing dengan Honda Freed, Toyota Sienta, KIA Carens, KIA Carnival, Mitsubishi Kuda, Toyota Innova, Hyundai Trajet, Proton Exora, hingga baru-baru ini kedatangan rival dari China yaitu Wuling Cortez.
>>> Isuzu Panther Masih Bisa 'Bernafas' di Indonesia?
Minim Model Bikin Kalah Saing
Jika mengacu pada data distribusi Gaikindo yang tersaji sejak 2001, penjualan Panther semakin ke sini memang terus merosot. Sebagai gambaran, kalau pada tahun 2001 Isuzu mampu mendistribusi 21.754 unit Panther, kemudian pada tahun 2020 hanya 320 unit yang bisa terjual. Secara total sejak 1991 ada 433.117 unit Isuzu Panther yang terjual.
Angka ini tentu tak seberapa dibandingkan dengan Innova yang masih bertahan hingga kini. Innova dalam sebulan saja mampu membukukan penjualan hingga ribuan unit sampai saat ini. Di segmen MPV yang diisi Panther juga ada beberapa sudah berguguran. Sedangkan yang masih bertahan dengan penerimaan baik adalah Innova. Masyarakat kini banyak beralih ke segmen Low MPV yang harga jualnya lebih terjangkau dengan namun fungsinya tetap sama.
Innova mendominasi persaingan di segmen MPV Premium
Menginjak usia 30 tahun dengan penjualan mencapai 433.117 unit, tentunya Panther memiliki pelanggan setianya tersendiri. Untuk itu, meski produksi sekaligus penjualan dihentikan para pemilik Panther tak perlu khawatir akan perawatan mobilnya.
"Pengguna Panther tidak usah khawatir karena kami real partner, real journey," jelas Attias.